Tahlilan baru saja selesai. Kue-kue dibagikan. Saya menarik sarung, meletakkan kopiah dan mushaf di atas kotak kue, lalu menyelonjorkan kaki. Ada sekitar empat puluh, kurang lebihnya, bapak-bapak yang datang di acara pembukaan tahlilan warga BTN Muspratama tadi malam. Acara yang diadakan di rumah om Peki itu berlangsung secara khidmat. Angin dingin dari atas bukit berhembus sejuk. Majelis Ta’lim Miftahul Jannah, demikian tete Haji Lahay menamai forum pengajian ini. Saat para tamu menikmati makanan ringan yang disediakan oleh tuan rumah, para jamaah secara aklamasi menyusunan kepengurusan majelis ta’lim khusus bapak-bapak dan menunjuk pak Saleh, imam masjid Ar Rahman, sebagai penanggungjawabnya.
Saya menyandarkan bahu ke tembok, merasai permukaannya yang dingin. Cahaya temaram di ruang tamu ini membuat mata saya sedikit mengantuk dan karenanya menguap lebar-lebar. Pak Saleh berkata bahwa acara ini adalah ajang silaturahim antara warga komplek BTN Muspratama. Beliau berharap agar para jamaah yang kebagian jatah tuan rumah tidak membebani dirinya untuk menjamu tamu di luar batas kemampuannya. “Intinya adalah silaturahmi, supaya kalau ada apa-apa bisa kita dialogkan baik-baik,” ujar pak Saleh bijak. Para jamaah mengangguk-anggukkan kepalanya. Selesai menyampaikan sepatah dua patah kata, pak Saleh menyerahkan forum kepada saya.
“Bapak-bapak, ada sedikit pemberitahuan dari pak Wahid seputar acara yang sedianya akan kita laksanakan di komplek ini, kepada pak Wahid saya silakan,” ucap pak Saleh seraya melirik ke arah saya. Suasana ruangan yang sebelumnya dipenuhi dengan suara bisik-bisik mendadak senyap. Suara angin yang berhembus kencang seolah terdengar dengan jelas. Sebuah dump truck melintas, meninggalkan aroma solar bercampur debu. Tangan saya tiba-tiba saja terasa dingin, nafas sedikit menyesak, dan keringat mengalir di pelipis saya.
Setelah mengucapkan basmalah dan salam, saya lalu menyampaikan rencana pembukaan Rumah Baca Jendela Ilmu pada tanggal 2 September 2014 nanti oleh Wakil Bupati. Suara saya terdengar sedikit tegang dan saya kehilangan beberapa poin penting yang seharusnya saya sampaikan. Sejujurnya saya merasa jika penampilan saya malam itu tidak terlalu bagus. Terlepas dari kekurangan yang ada dalam narasi yang barusan saya katakan, saya merasa puas telah diberikan kesempatan berbicara di depan forum seperti ini. Para jamaah menyimak perkataan saya baik-baik dan satu dua wajah tampak bersemangat dengan penuturan saya. Banyak kepala berkopiah mengangguk-angguk.
“Saya hendak meminta saran dari bapak-bapak semua, sekaligus meminta kesediaan dari bapak-bapak supaya acara ini, acara milik kita semua sebagai warga Muspratama ini, dapat berlangsung dengan sukses. Kita ingin sampaikan kepada semua orang yang ada di Luwuk dan Kabupaten Banggai pada khususnya, dan semua orang yang ada di Indonesia ini pada umumnya, bahwa kita bisa melakukan kontribusi positif untuk masa depan anak cucu kita kelak.”
Setengah tidak percaya, saya mengingat-ingat lagi bahwa saya baru saja berkata seperti itu. Suara saya sepertinya sedikit bergetar tadi. Seorang dua orang dari jamaah merespon perkataan saya, menanyakan hal-hal apa yang sudah dan belum ada, soal teknis acara, soal konsumsi, soal panitia, dan yang paling penting: soal dana.
Ketika para jamaah pulang ke rumahnya masing-masing, beberapa di antara kami masih bertahan. Kue-kue kembali dikeluarkan. Sepotong lalampa masuk ke perut saya dengan sukses. Saya, pak Saleh, pak Imam, pak Utin, pak Zul, dan tuan rumah. Kami berbincang tentang persiapan-persiapan yang diperlukan untuk acara tersebut. Nama-nama petugas disiapkan, penanggungjawab konsumsi ditunjuk, usulan demi usulan bermunculan, ah, ini nikmat sekali. Acara ditutup dengan kesepakatan untuk mengadakan acara kerja bakti hari Ahad (24/8) besok. Pak Sofyan, takmir masjid, diminta untuk mengumumkannya hari ini. Kami lalu berpamitan dan berpisah.
Pakaian saya bau tembakau. Udara di luar masih dingin. Saya berjalan dengan langkah pelan seiring berlalunya bapak-bapak satu demi satu. Langit malam ini cerah sekali. Terima kasih warga BTN Muspratama! Mari kitorang maingkang! [rbjendelailmu]
Luwuk, Agustus 2014
Jumat, 22 Agustus 2014
Kronik 23 Agustus 2014: Rapat Warga BTN Muspratama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar