Rasa-rasanya sudah lama sekali blog ini tak kunjung saya update. Padatnya kegiatan di penghujung bulan Ramadhan dan kesibukan saat berhari raya Idul Fitri membuat saya perlu sedikit mengendurkan tali kekang dalam menulis beberapa perkembangan terkait pembukaan taman bacaan ini. Padahal ada banyak sekali kejadian yang berlangsung belakangan ini yang tentu saja perlu untuk didokumentasikan. Saya lalu melihat tulisan terakhir yang saya buat di blog ini yang ternyata tertanggal 23 Juli 2014 dimana itu sudah lebih dari 9 hari yang lalu. Oleh karenanya, pada tulisan ini, saya akan mengkronik kejadian-kejadian yang berlanjung sepanjang tanggal 24 Juli sampai dengan saya menulis sekarang.
Hal pertama yang ingin saya tuliskan adalah Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriyah. Semoga segala ibadah yang kita tunaikan pada bulan Ramadhan yang telah lewat meningkatkan kualitas ketaqwaan kia di sisi Allah azza wa jalla. Aamiin.
Pada tanggal 24 Juli 2014, sebuah pesan datang ke handphone saya dari seorang kakak kelas bernama Achmad Syaefani. Beliau adalah salah satu pengurus Masjid Shalahuddin di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak yang beberapa waktu lalu saya mintai tolong untuk meneruskan proposal rumah baca ini kepada pengurus masjid. Setelah menunggu beberapa pekan dan sambil berkorespondensi melalui email, alhamdulillah bantuan yang dinanti datang juga. Dana sebesar satu juta rupiah meluncur ke rekening donasi rumah baca yang langsung saya teruskan kepada seorang penjual buku di Surabaya. Saya memang sudah berjanji kepada penjual buku itu bahwa saya akan membayar tagihannya ketika ada bantuan yang masuk ke rekening donasi kami. Maka saat bantuan dari Masjid Shalahuddin datang, saya langsung mentransfer kepada rekeningnya sebesar Rp. 1.093.000 kepadanya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada mas Evan (demikian beliau biasa kami panggil) dan menitipkan salam terima kasih pula kepada teman-teman di Masjid Shalahuddin Kantor Pusat DJP atas bantuan dan kepercayaan mereka kepada saya seraya berjanji akan mengirimkan kabar terbaru seputar kegiatan rumah baca ini kelak.
Dua hari kemudian pada tanggal 26 Juli 2014, rumah saya di Jurangmangu kedatangan sebuah paket berupa kardus besar berisi banyak sekali buku. Paket itu adalah buku-buku yang sudah saya beli nyaris dua pekan yang lalu dari seorang penjual buku online bernama Budi. Mas Budi adalah penjual buku bekas yang sangat baik karena telah memberikan saya buku-buku bagus dengan harga sangat miring dan bahkan memberikan beberapa buku bonus kepada saya. Selain itu beliau juga mendoakan dan mensupport kesuksesan rumah baca ini agar kelak.
Pada tanggal 28 Juli 2014, saya membagikan sebuah berita di timeline facebook pribadi saya perihal perkembangan rumah baca ini. Tak seberapa lama, salah seorang teman mereply sharingan tersebut dan menyatakan bahwa beliau bersedia untuk melakukan sesuatu untuk membantu saya. Kami lalu berkorespondesi melalui whatsapp dan mengobrol tentang banyak hal. Yang membuat saya terharu dengan tawaran beliau adalah bahwa beliau siap untuk menjadi donatur tetap rumah baca ini semampu yang beliau bisa. Jujur saja, itu adalah tawaran berupa bantuan rutin pertama yang saya terima dan karenanya membuat saya jadi semakin bersemangat untuk memaksimalkan segala potensi yang ada agar rumah baca ini bisa bermanfaat bagi warga yang ada di sini. Di ujung obrolan kami melalui ujung jemari, beliau mengabarkan bahwa uang sejumlah Rp. 250.000 sudah terkirim ke rekening donasi rumah baca ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada beliau dan berjanji untuk mengupdate perkembangan kegiatan rumah baca ini di waktu mendatang.
Pada tanggal ini pula saya berkorespondensi dengan seseorang bernama Windy Pilok. Ia adalah warga Maahas yang pernah menawarkan saya buku-buku tak terpakainya di rumah supaya bisa saya manfaatkan. Kami lalu beberapa kali bertukar pesan dan akhirnya bersepakat akan bertemu di rumahnya di Maahas pada hari Jumat 1 Agustus 2014. Saya lalu datang ke rumahnya dan menerima sekardus buku komik untuk anak-anak dan remaja darinya. Saya juga menawarinya untuk datang berkunjung ke rumah saya di Kilongan untuk melihat-lihat calon rumah baca ini. Oh iya, saya baru ingat, selain Windy, saya juga mendapatkan tiga buah buku dari Awan saat kami melakukan kopi darat Komunitas Luwuk Menulis di Masjid Agung An Nur Luwuk pada tanggal 20 Juli 2014 yang lalu. Di sela-sela obrolan kami yang ngalor-ngidul itu, ia menyerahkan tiga buah buku miliknya kepada saya untuk disalurkan ke rumah baca. Kepada Awan dan Windy saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas kontribusi mereka yang luar biasa. Semoga buku-buku yang mereka sumbangkan dapat bermanfaat.
Oh iya, pada hari Raya Idul Fitri, saya sempat berkunjung ke rumah Ustadz Iswan Kurnia Hasan dan menanyakan kepada beliau apakah buku-buku saya yang dulu pernah saya lungsurkan ke Perpustakaan MIM bisa saya ambil kembali untuk rumah baca ini, beliau menjawab boleh. Hanya saja beliau minta waktu sampai akhir pekan besok karena ada beberapa keperluan yang harus beliau selesaikan dalam beberapa hari ini. Saya menyetujui permintaan beliau dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Sekitar tahun 2010 yang lalu saya memang sempat menyerahkan dua dus buku koleksi saya kepada perpustakaan MIM yang lokasinya ada di lantai 2 rumah beliau. Namun karena tampaknya mengakses perpustakaan itu mengandung keseganan tersendiri, saya merasa perlu membicarakan nasib buku-buku yang pernah saya lungsurkan kesana. Alhamdulillah, Ustadz Iswan adalah orang yang sangat open minded dan beliau menyetujui permintaan saya tersebut.
Dalam beberapa hari belakangan ini, saya dan istri kerap berdiskusi tentang waktu yang tepat untuk melaunching rumah baca ini. Dalam obrolan-obrolan lepas saat beranjang-sana, saya juga disarankan untuk mengundang Bupati dan atau Wakil Bupati serta pejabat terkait lainnya. Saya memang ingin menumbuhkan kesan tersendiri saat rumah baca ini diresmikan kelak dan sedang memikirkan beberapa teknis terkait acara launching tersebut. Oleh karenanya, saya merasa perlu untuk menyingkronkan agenda pribadi saya dengan agenda launching tersebut agar tidak saling bertabrakan dan memungkinkan semua stakeholder yang ada bisa turut ambil bagian. Di dalam kepala saya sudah terbayang adegan-adegan yang akan muncul di acara launching tersebut dan karenanya membuat semangat saya serasa bergolak. Namun khusus di bagian ini akan saya kronik di tulisan yang selanjutnya, insya Allah. Karena saya merasa perlu menjaring suara-suara dari para tetangga yang tenaganya pasti akan saya sangat butuhkan. Itulah sebabnya, saya mengagendakan pertemuan dengan para tetangga untuk mensosialisasikan gagasan ini dalam level yang lebih personal sehingga dapat memancing inisiatif mereka untuk turut mensukseskan gerakan ini. Karena bagaimanapun, ini adalah gerakan yang ingin saya bawa ke tingkatan yang lebih massif dan karenanya saya ingin membangkitkan potensi-potensi yang berserak itu untuk muncul ke permukaan.
Terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu gerakan ini, baik secara moral maupun material, termasuk dukungan dan doa yang sangat berharga. Insya Allah catatan ini akan saya lengkapi di kesempatan mendatang. [rbjendelailmu]
Luwuk, Agustus 2014
Hal pertama yang ingin saya tuliskan adalah Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriyah. Semoga segala ibadah yang kita tunaikan pada bulan Ramadhan yang telah lewat meningkatkan kualitas ketaqwaan kia di sisi Allah azza wa jalla. Aamiin.
Pada tanggal 24 Juli 2014, sebuah pesan datang ke handphone saya dari seorang kakak kelas bernama Achmad Syaefani. Beliau adalah salah satu pengurus Masjid Shalahuddin di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak yang beberapa waktu lalu saya mintai tolong untuk meneruskan proposal rumah baca ini kepada pengurus masjid. Setelah menunggu beberapa pekan dan sambil berkorespondensi melalui email, alhamdulillah bantuan yang dinanti datang juga. Dana sebesar satu juta rupiah meluncur ke rekening donasi rumah baca yang langsung saya teruskan kepada seorang penjual buku di Surabaya. Saya memang sudah berjanji kepada penjual buku itu bahwa saya akan membayar tagihannya ketika ada bantuan yang masuk ke rekening donasi kami. Maka saat bantuan dari Masjid Shalahuddin datang, saya langsung mentransfer kepada rekeningnya sebesar Rp. 1.093.000 kepadanya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada mas Evan (demikian beliau biasa kami panggil) dan menitipkan salam terima kasih pula kepada teman-teman di Masjid Shalahuddin Kantor Pusat DJP atas bantuan dan kepercayaan mereka kepada saya seraya berjanji akan mengirimkan kabar terbaru seputar kegiatan rumah baca ini kelak.
Dua hari kemudian pada tanggal 26 Juli 2014, rumah saya di Jurangmangu kedatangan sebuah paket berupa kardus besar berisi banyak sekali buku. Paket itu adalah buku-buku yang sudah saya beli nyaris dua pekan yang lalu dari seorang penjual buku online bernama Budi. Mas Budi adalah penjual buku bekas yang sangat baik karena telah memberikan saya buku-buku bagus dengan harga sangat miring dan bahkan memberikan beberapa buku bonus kepada saya. Selain itu beliau juga mendoakan dan mensupport kesuksesan rumah baca ini agar kelak.
Pada tanggal 28 Juli 2014, saya membagikan sebuah berita di timeline facebook pribadi saya perihal perkembangan rumah baca ini. Tak seberapa lama, salah seorang teman mereply sharingan tersebut dan menyatakan bahwa beliau bersedia untuk melakukan sesuatu untuk membantu saya. Kami lalu berkorespondesi melalui whatsapp dan mengobrol tentang banyak hal. Yang membuat saya terharu dengan tawaran beliau adalah bahwa beliau siap untuk menjadi donatur tetap rumah baca ini semampu yang beliau bisa. Jujur saja, itu adalah tawaran berupa bantuan rutin pertama yang saya terima dan karenanya membuat saya jadi semakin bersemangat untuk memaksimalkan segala potensi yang ada agar rumah baca ini bisa bermanfaat bagi warga yang ada di sini. Di ujung obrolan kami melalui ujung jemari, beliau mengabarkan bahwa uang sejumlah Rp. 250.000 sudah terkirim ke rekening donasi rumah baca ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada beliau dan berjanji untuk mengupdate perkembangan kegiatan rumah baca ini di waktu mendatang.
Pada tanggal ini pula saya berkorespondensi dengan seseorang bernama Windy Pilok. Ia adalah warga Maahas yang pernah menawarkan saya buku-buku tak terpakainya di rumah supaya bisa saya manfaatkan. Kami lalu beberapa kali bertukar pesan dan akhirnya bersepakat akan bertemu di rumahnya di Maahas pada hari Jumat 1 Agustus 2014. Saya lalu datang ke rumahnya dan menerima sekardus buku komik untuk anak-anak dan remaja darinya. Saya juga menawarinya untuk datang berkunjung ke rumah saya di Kilongan untuk melihat-lihat calon rumah baca ini. Oh iya, saya baru ingat, selain Windy, saya juga mendapatkan tiga buah buku dari Awan saat kami melakukan kopi darat Komunitas Luwuk Menulis di Masjid Agung An Nur Luwuk pada tanggal 20 Juli 2014 yang lalu. Di sela-sela obrolan kami yang ngalor-ngidul itu, ia menyerahkan tiga buah buku miliknya kepada saya untuk disalurkan ke rumah baca. Kepada Awan dan Windy saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas kontribusi mereka yang luar biasa. Semoga buku-buku yang mereka sumbangkan dapat bermanfaat.
Oh iya, pada hari Raya Idul Fitri, saya sempat berkunjung ke rumah Ustadz Iswan Kurnia Hasan dan menanyakan kepada beliau apakah buku-buku saya yang dulu pernah saya lungsurkan ke Perpustakaan MIM bisa saya ambil kembali untuk rumah baca ini, beliau menjawab boleh. Hanya saja beliau minta waktu sampai akhir pekan besok karena ada beberapa keperluan yang harus beliau selesaikan dalam beberapa hari ini. Saya menyetujui permintaan beliau dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Sekitar tahun 2010 yang lalu saya memang sempat menyerahkan dua dus buku koleksi saya kepada perpustakaan MIM yang lokasinya ada di lantai 2 rumah beliau. Namun karena tampaknya mengakses perpustakaan itu mengandung keseganan tersendiri, saya merasa perlu membicarakan nasib buku-buku yang pernah saya lungsurkan kesana. Alhamdulillah, Ustadz Iswan adalah orang yang sangat open minded dan beliau menyetujui permintaan saya tersebut.
Dalam beberapa hari belakangan ini, saya dan istri kerap berdiskusi tentang waktu yang tepat untuk melaunching rumah baca ini. Dalam obrolan-obrolan lepas saat beranjang-sana, saya juga disarankan untuk mengundang Bupati dan atau Wakil Bupati serta pejabat terkait lainnya. Saya memang ingin menumbuhkan kesan tersendiri saat rumah baca ini diresmikan kelak dan sedang memikirkan beberapa teknis terkait acara launching tersebut. Oleh karenanya, saya merasa perlu untuk menyingkronkan agenda pribadi saya dengan agenda launching tersebut agar tidak saling bertabrakan dan memungkinkan semua stakeholder yang ada bisa turut ambil bagian. Di dalam kepala saya sudah terbayang adegan-adegan yang akan muncul di acara launching tersebut dan karenanya membuat semangat saya serasa bergolak. Namun khusus di bagian ini akan saya kronik di tulisan yang selanjutnya, insya Allah. Karena saya merasa perlu menjaring suara-suara dari para tetangga yang tenaganya pasti akan saya sangat butuhkan. Itulah sebabnya, saya mengagendakan pertemuan dengan para tetangga untuk mensosialisasikan gagasan ini dalam level yang lebih personal sehingga dapat memancing inisiatif mereka untuk turut mensukseskan gerakan ini. Karena bagaimanapun, ini adalah gerakan yang ingin saya bawa ke tingkatan yang lebih massif dan karenanya saya ingin membangkitkan potensi-potensi yang berserak itu untuk muncul ke permukaan.
Terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu gerakan ini, baik secara moral maupun material, termasuk dukungan dan doa yang sangat berharga. Insya Allah catatan ini akan saya lengkapi di kesempatan mendatang. [rbjendelailmu]
Luwuk, Agustus 2014