Kamis, 10 Juli 2014

Cara Sederhana Merancang Perpustakaan Pribadi

Pada awalnya, kami secara rutin seminggu sekali mengunjungi Public Library di Kota Wollongong, yang hanya berjarak tempuh sekitar 10 menit berkendaraan. Gedung yang ditata secara apik dan suasana yang sangat tenang, tentunya merupakan “Taman Firdaus” bagi yang hobi baca. Di rumah kami ada 6 orang, yaitu saya dan istri dan putri kami bersama suami dan putra putrinya. Maka kami bergantian ke Perpustakaan, untuk melepaskan dahaga baca, karena semua, termasuk kedua cucu hobi membaca.

Tapi kemudian, kami mulai berpikir, membaca di perpustakaan memang menyenangkan dan gratis. Kalau mau menikmati bacaan sambil minum secangkir capucinno atau soft drink, tinggal melangkah sekitar 20 meteran, karena disana ada kantin yang stand by dari pagi hingga menjelang sore. Tetapi kami tidak bisa berlama lama, karena parkir mobil, sejam 4 dollar. Dan membaca buku, tentunya tidak cukup dalam satu jam. Maka minimal pengeluaran untuk parkir kami 8 dollar perkendaraan dikali 2 = 16 dollar perminggu, plus sekitar 20 dollar untuk cappuccino/softdrink dan makanan kecil.

Ada juga jalan lain, yakni buku buku dipinjam dan dibawa pulang untuk dibaca. Ternyata hal ini juga tidak efektif, karena cukup banyak buku yang judulnya sangat menarik, tapi setelah membaca halaman pertama kita sudah tidak ingin melanjutkan lagi untuk membacanya..Karena apa yang ditulis, tidak sesuai dengan selera kita.

Belum lagi waktu yang harus kami sediakan untuk ke sana minimal 2 jam per kunjungan. Maka kami sepakat untuk merancang perpustakan pribadi di rumah. Sehingga kami bisa menghindari: pemborosan uang untuk bayar parkir dan sekaligus waktu yang harus disediakan secara khusus. Dan kami akan bisa membaca dengan menyesuaikan waktu waktu luang.

Mengunjungi Pameran Buku Murah

Kami mengunjungi pameran buku murah yang digelar secara berkala di Unandera, sekitar 20 menit jarak tempuh dengan kendaraan dari kediaman kami di Mount Saint Thomas. Ada ribuan buku yang di pajang untuk dijual. Yang dalam waktu kurang dari 2 jam sudah habis terjual.

Di Indonesia, juga sering di adakan Pasar Buku Murah oleh PT Gramedia. Saya pernah mengunjungi sekali di Gedung Gramedia di Jl.Palmerah Selatan Jakarta. Dimana harga buku berkisar antara 10 ribuan per satu eksemplar. Semua buku yang dijual masih baru, hanya saja sudah cetakan yang agak lama. Tidak ada masalah sama sekali. Buku yang dicetak baru atau lama karena bagi orang yang hobbi baca selembar koran bekas tahun lalu juga masih tetap menarik karena belum pernah dibaca.

Beda gaya dengan di Indonesia. Di sini pasar buku murah ini dikemas dalam kantong kain. Tiap calon pembeli boleh memiih buku yang disukai dan kemudian memasukkan kedalam kantong kain yang disediakan, sepenuh mungkin. Pokoknya,satu kantong buku harganya 10 dollar. Kami coba menghitung, bila buku ukuran standar, satu kantong kain bisa muat lebih dari 10 buah buku. Kalau ukuran kecil bisa 15 buah buku. Jadi berarti tiap buku hanya dinilai sebesar 1 dollar.Cukup murah untuk ukuran disini. Karena buku baru disini harga normalnya berkisar sekitar 10 sampai 25 dollar. Hari itu kami membeli masing masing 2 kantong per orang. Sesampainya di rumah kami total ke 12 kantong ini berisi buku sejumlah 141 buah buku.

Membagi Kelompok Bacaan

Kami membagi buku buku ini dengan amat sederhana yakni: Buku anak dan orang dewasa. Buku buku ini dipilah atas: Fiksi – non fiksi – computer. Buku buku yang setiap hari kami baca dipisahkan tersendiri dan ditempatkan di dalam kamar masing masing. Sementara buku buku lain ditata diruang tamu. Dalam kurun waktu 3 tahun jumlah buku yang ada di Perpustakaan Pribadi dikediaman kami sudah meningkat drastis . Yang awalnya hanya 141 buah kini sudah berjumlah 1.227 jilid buku.

Karena jumlahnya sudah lumayan banyak, buku buku tersebut kami pisahkan lagi atas beberapa rak:

Falsafah- Edukasi-traveling – Hobbi (kebun/mincing/masak /dll)- Rohani

Membaca sambil Bersantai Ria

Sejak perpustakaan pribadi terbentuk kami sudah jarang sekali ke perpustakaan umum. Sehingga dengan demikian, kami bisa menikmati bacaan tanpa harus meninggalkan rumah . Dan kalau mau minum,juga nggak usah beli, tinggal dibuat di rumah sendiri.

Kedua cucu kami tidak perlu lagi disuruh membaca, karena mereka sudah sangat senang membaca buku-buku yang sudah kami seleksi khusus bacaan anak. Bahkan teman teman sekolahnya tiap libur datang ke rumah untuk ikut menikmati perpustakaan pribadi ini.

Bisa Diterapkan dalam lingkungan RT di Indonesia.

Untuk menerapkan Perpustakaan Pribadi ini di Indonesia memang tidak semua orang memiliki sarana dan prasarananya. Karena disamping membutuhkan ruangan yang cukup luas juga dana untuk membeli buku buku. Tapi kalau untuk diterapkan dalam lingkungan RT atau kelompok PKK sangat memungkinkan. Diharapkan dengan demikian, anak anak ,memiliki kegiatan yang positif, ketimbang menghabiskan masa kecil mereka hanya dengan main game yang tidak ada manfaatnya sama sekali.

Untuk orang dewasa dan yang sudah pensiun akan menjadi sarana refreshing yang sangat murah dan mudah, serta sangat bermanfaat untuk mengasah otak mencegah kepikunan. Semoga tulisan sederhana ini dapat menginspirasi para penggerak PKK atau Ibu Rumah Tangga untuk merancang perpustakaan pribadi yang sangat bermanfaat untuk tua dan muda.

Nusa Dua-Bali, 27 Pebruari, 2014

Sumber: Kompasiana

0 komentar:

Posting Komentar